Hari ini cukup membosankan. Hari minggu yang tenang, yang tidak seperti biasanya karena aku sedang di Jogja sendirian. Di kamar kost sendiri. Tanpa ada manusia lain yang menemani. Harapannya sih ada manusia bersosok pria yang menemani di hari minggu yang sepi ini. Yah itu semua cuma bisa jadi harapan doang sih. Hahaa
Waktu sudah lama berlalu. Berbagai kejadian dan peristiwa, suka maupun duka, aku lalui itu semua selama aku hidup di Jogja. Cerita-cerita unik juga aneh melingkupi setiap detik kehidupanku disini. Namun yang tidak bisa lepas dariku adalah selalu tentang kisah cintaku dengan berbagai pria disini. Dari yang awal dulu teman SMA, teman baru di kampus, teman kenalan di facebook yang sama-sama di Jogja, hingga teman pria di tempat aku bekerja (alias bosku sendiri). Tapi tidak semuanya pernah berhubungan denganku. Salah satu diantara mereka yang sempat aku miliki adalah mantan bosku dimana aku bekerja dulu.
Banyak pria yang jalan dan dekat denganku, hanya 1 yang sempet kecantol sama aku. Itupun aku nggak nyangka, kenapa cowok setua dan sedewasa kayak dia yang sempet menemani waktu luangku disini. Sejak dulu aku selalu membayangkan punya cowok disini itu sama-sama masih mahasiswa. Lha malah dapet seorang bos. Rasanya jalan sama dia sama aja sih jalan sama cowok-cowok seumuranku, atau kayak sama kakak angkatanku. Tampangnya masih cukup muda dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Cuma dia tetep aja yang paling tua diantara gerombolannya.
Cowok kelahiran Semarang, 21 Desember 1985 yang punya nama lengkap Rekario Danny Sanjaya ini telah menjadi abang, bapak, bos, teman, sekaligus kekasih yang mengajarkanku menjadi seorang wanita seutuhnya. Dia sedikit merubah pola pikirku sedikit demi sedikit untuk memahami seperti apa yang disebut manusia dewasa. Memahami bagaimana suatu saat menjadi seorang istri, ibu, wanita karir, anak yang pada akhirnya gantian membiayai hidup orangtuanya ketika sudah tua. Dia memang sosok pria yang sangat dewasa bagiku. Setahun kurang lebih aku menjalani hubungan komitmen itu dengannya. Namun tak seperti yang aku bayangkan, bahwa dia akan selalu mengisi waktuku agar aku tidak kesepian. Dia bukan tipikal orang seperti itu. Dia orang yang selalu hadir ketika dia butuh saja. Setiap waktunya hanyalah untuk bekerja dan bekerja, mengurusi usahanya yang semakin lama semakin berkembang. Aku nggak sanggup menyalahkan itu. Karena itu memang sudah menjadi tanggungjawabnya sebagai seorang laki-laki yang suatu saat akan menghidupi anak orang lain. Dan hingga kenyataannya aku nggak sanggup bertahan dengannya. Aku nggak sanggup berkomitmen tanpa ada kejelasan. Sebenarnya dapat disyukuri aku bisa memilikinya. Karena dia selalu mengajarkanku dalam menyelesaikan setiap masalah, termasuk masalah dalam hubungan kita. Mungkin aku yang terlalu idealis. Segala hal menurutku masih ada saja yang kurang. Hingga aku memutuskan untuk berhenti menjalani komitmen itu dengannya. Aku memutuskan untuk sendiri dulu, fokus untuk segera menyelesaikan studiku. Mencapai karir yang aku impi-impikan sejak aku melangkah ke perguruan tinggi. Aku ingin fokus dengan cita-ccitaku dulu, untuk membanggakan dan membahagiakan orangtua dulu.
Keputusan itu tidak selalu berjalan mulus. Hingga pada saat teman lamaku berulang tahun tanggal 19 Januari kemarin. Awal dimana aku mengulang lagi perasaan yang terpendam ini. Aku yang memberikan ucapan ulang tahun kepada temanku itu mendapat balasan yang menurutku itu sangat menyenangkan dan mengesankan. Walaupun mungkin itu bagi dirinya hanya balasan biasa. Tapi aku sangat berterima kasih jika dia masih mau meresponku. Sudah sangat bahagia aku bisa menjadi temannya. Aku sangat bersyukur bisa mengenalnya lebih dekat. Teman dari TK, SMP, hingga SMA aku bisa sekelas dengannya itu merupakan kesempatan yang sangat langka yang diberikaan Tuhan terhadapku.
Semua itu tidak seberapa rasanya jika aku belum bisa memiliki hatinya. Sayangnya itu hanya angan-angan semata buatku. Cukup aku bisa berbicara, mendengar, dan menatap matanya saja itu sudah sangat membuatku bahagia. Andai suatu saat aku dipertemukan kembali olehnya, aku harap saat itu adalah saat yang paling berbahagia sepanjang hidupku.